Selasa, 04 Desember 2012

materi kuliahku


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
            Seksualitas pada anak usia toddler sangat penting untuk diperhatikan dimana pada usia ini anak sudah molai mencermati akan tubuhnya terutama jenis kelaminya dan dan mengetahui perbedaan dengan lawan jenisnya. Dimana dalam masa perkembangan ini anak harus mendapat arahan penjelasan yang cukup jelas, karena lingkungan sangat mempengaruhi perkembangan seksualita pada anak usia ini.
B.     Rumusan Masalah
            Didalam makalah ini Kami akan membahas beberapa permasalahan. Yaitu:
1.    Perkembangan Kebutuhan Seksualitas Pada Anak Usia Toddler
2.    Pengertian Anak Usia Toddler
3.    Perkembangan pada Anak Toddler
4.    Faktor-faktor yang  Berpengaruh pada perilaku seksual anak










BAB II
PEMBAHASAN
Perkembangan Kebutuhan Seksualitas Pada Anak Usia Toddler
1.    Pengertian Anak Usia Toddler
Anak usia Toddler adalah anak pada periode 12 – 36 bulan. Masa ini merupakan masa eksplorasi lingkungan yang intensif karena anak berusaha mencari tahu bagaimana semua terjadi.(Wong, 2009)
Masa toddler berada dalam rentang dari masa kanak-kanak mulai berjalan sendiri sampai mereka berjalan dan berlari dengan mudah, yaitu mendekati usia 12 sampai 36 bulan. (Potter & Perry : 2005)
Menurut Supardi (2004) anak usia toddler adalah masa lucu-lucunya anak, tetapi sekaligus masa yang melelahkan bagi orang tua, banyak hal yang harus diketahui oleh orang tua karena tingkah laku “Toddler” sangat beragam seperti : agresif, menarik rambut, banyak kemauan, berbohong dan lain-lain, yang bila kita salah menyikapinya maka akan berdampak tidak baik bagi anak dalam perkembangan selanjutnya.

2.    Perkembangan pada Anak Toddler
a.    Perkembangan Motorik pada Anak Toddler
Dalam perkembangan motorik kasar, anak sudah mampu melangkah dan berjalan dengan tegak,pada sekitar umur18 bulan anak mampu menaiki tangga dengan cara tangan dipegang dan pada akhir tahun kedua, sudah mampu berlari-lari kecil (Hidayat,2009).
Perkembangan motorik halus, anak mampu melempar bola dari tangan tanpa kehilangan keseimbangan pada usia 18 bulan (Wong, 2009)
b.    Perkembangan Psikososial pada Anak Toddler
Menurut Erikson (1963 dalam potter & perry, 2009), usia 1-3 tahun tahap ini mencapai pertumbuhan anak disempurnakan dengan aktifitas dasar perawatan diri seperti perawatan diri seperti berjalan, makan dan aktifitas kamar mandi.
Anak berusaha mencapai kemandirian dengan menggunakanototnya untuk melakukan semua hal sendiri dan penguasa dari fungsi tubuhnya. Kemarahan dapat timbul jika larangan orangtua dapat menyebabkan anak frustasi. Orangtua harus memberikan kebebasan kepada anak agar mereka dapat melakukan berbagai hal yang tidak membahayakan diri ataupun oranglain (Wong,2009)
c.    Perkembangan Psikoseksual pada Anak Toddler
Pada masa usia 1-3 tahun merupakan masa perkembangan pada tahap anal dengan kepuasan pada fase ini adalah pada pengeluaran tinja, anak akan menunjukan sikap narsistik yaitu cinta terhadap dirinya sendiri dan sangat egoistic, anak mulai mempelajari struktur tubuhnya. Pada fase ini tugas yang dapat dilakukan anak adalah latihan kebersihan. Masalah yang diperoeh pada tahap ini adalah pandangan sempit, tidak rapi, dan kurang pengendalian diri (Hidayat,2009).
Anak pada kelompok usia ini belajar mengenai perbendaharaan kaa yang berhubungan dengan anatomi eliminasi dan reproduksi. Beberapa hubungan antara kata dan fungsi menjadi bermakna dan dapat mempengaruhi perilaku seksual di masa depan (Wong,2009).
Bayi satu tahun sudah mulai memainkan genitalnya saat diganti celananya dan kadang mereka juga memainkan fesesnya saat dibersihkan. Hal ini wajar saja sebagai bagian dari rasa keingintahuan mereka. Anak dibawah usia 3 tahun belum mengerti bahwa seluruh bagian tubuhnya merupakan satu kesatuan dari badannya dan merupakan sesuatu yang permanen. Oleh karena itu anak laki kadang jadi “cemas” penis nya hilang atau tidak ada saat mereka melihat anak perempuan tidak memiliki genitalia yang sama, atau sebaliknya.
Sebelum usia 3 tahun, anak dapat menyampaikan jenis kelaminnya. Dan pada usia 6 tahun atau 7 tahun mereka mengerti bahwa organ genital bukanlah sesuatu yang bisa berubah lagi (laki berubah jadi perempuan, dan sebaliknya). Saat usia 4 tahun mereka sangat tertarik dengan hal-hal yang berhubungan dengan kamar mandi dan toilet.

Faktor-faktor yang  Berpengaruh pada perilaku seksual anak
·         Orangtua
Apa yang orangtua pikirkan mengenai seksualitas anak memberi pengaruh yang kuat bagaimana anda merespon prilaku seksual anak. Apa yang orang tua atau leluhur anda katakan, lakukan, keyakinan agama yang dianut, latar belakang kebudayaan dan perasaan anda, semuanya akan memberi warna tentang bagaimana anda menyikapi perkembangan seksual putra putri anda. Anda dapat menolong anak anda untuk merasa nyaman, sehat dan normal, atau sebaliknya, yaitu merasa malu, bersalah dan buruk, semuanya tergantung bagaimana cara anda merespons putra-putri anda.
·         Televisi, radio dan majalah
Anak dipengaruhi oleh apa yang mereka lihat, dengar dan baca. Mereka mungkin melihat atau mengetahui seks melalui berbagai cara termasuk melalui media televisi, video, koran, papan iklan dan majalah. Mereka belajar dari apa yang mereka baca dan lihat itu mengenai apa artinya menjadi seorang laki-laki atau seorang perempuan, dan bagaimana seorang laki-laki atau seorang perempuan berprilaku. Kadang mereka melihat gambar kekerasan sesual atau gambar aktivitas seksual yang mana mereka belum cukup dewasa untuk mengerti artinya dan hal ini membuat mereka cemas.
·         Bagaimana orang tua memperlakukan orang lain
Anak belajar dari orang tuanya – guru pertama mereka ! Mereka melihat bagaimana orang tua memperlakukan orang lain, bagaimana anda memberi perhatian, menghargai orang lain atau sebaliknya. Beberapa anak mempunyai pengalaman melihat orang tuanya mentertawakan atau mempermalukan orang lain karena perbedaan jenis kelaminnya. Hal ini memberi pengaruh buruk bagi anak karena dia mungkin merasa tidak nyaman dengan status seksualnya sebagai laki atau perempuan, dan mengajarkan mereka untuk takut atau tidak menghargai orang yang berjenis kelamin berbeda dengannya.
·         Sekolah
Sebaiknya sekolah dan tempat-tempat terapi anak tidak hanya  mengajarkan mereka anggota tubuh, nama dan kegunaannya tapi juga mengajarkan anak bagaimana menyikapi prilaku orang lain terhadap anggota tubuh mereka (termasuk organ seksual) yang tidak aman dan tidak senonoh bagi mereka, serta cara mengatasinya.

Hal - hal yang dapat dilakukan oleh orang tua

Dari sejak usia dini anak sudah besar rasa ingin tahunya dari mana mereka datang atau dilahirkan. Anda dapat jelaskan secara sederhana dan seringkali hal tersebut sudah dapat memuaskan rasa ingin tahunya. Jelaskan bahwa mereka terbentuk dari pertemuan sel telur ibu dan sel sperma ayah dan bentuk pertemuan ini makin hari tumbuh makin besar di tempat yang istimewa dalam perut ibunya sampai tiba saatnya nanti dilahirkan menjadi bentuk yang sempurna seperti dia.
Dengan bertambahnya usia mereka, anak dapat diberi penjelasan yang lebih rinci, misalnya dari mana asalnya sel sperma dan sel telur. Misalnya, karena ayah dan ibu demikian saling menyayangi, mereka sering saling bersama, sehingga sperma yang terpilih dari ayah bisa masuk menemui sel telur terpilih juga dari ibu, sehingga menghasilkan anak yang istimewa seperti dia. Sebagian anak ingin mendengarkan penjelasan ini berulang-ulang. Buku dengan banyak gambar yang ilustratif dapat menolong mereka mengerti apa yang disampaikan oleh orang tua. Jawablah pertanyaan mereka dengan jujur dan sewajarnya sehingga mereka merasa bahwa mereka dapat berdiskusi dengan orang tuanya jika mereka ingin tahu lebih banyak tentang sesuatu hal. Bahkan jika orang tua memberi istilah tertentu pada genitalianya misalnya “titot” untuk genitalia laki-laki, anak harus tahu terminology yang sesungguhnya sebelum anak usia sekolah. Perlihatkan buku-buku bergambar tentang anggota tubuh dan cara kerjanya masing-masing.
Jika orang tua kesulitan memperkenalkan terminology original untuk organ-organ seksual, maka perkenalkan istilah tersebut sejak anak usia sangat dini sehingga orang tua tidak jadi “malu” menyebutkannya. Jangan lupa ajarkan anak untuk menghargai individu dari kedua jenis kelamin..
Kebanyakan orang tua menginginkan anaknya memiliki prilaku yang sehat mengenai seks. Cara orang tua bersikap atau beraksi terhadap pembicaraan mengenai seks akan mempengaruhi bagaimana anak berpikir, bersikap tentang masalah tersebut dan tentang diri mereka sendiri.

“SEXUAL GAMES”

Masa kanak-kanak merupakan masa belajar dan eksplorasi. Anak mengeksplorasi tubuhnya selama masa ini, termasuk mengeksplor  organ genitalianya. Mereka belajar dengan cara melihat, memegang organ-organ tersebut saat bermain dengan temannya misalnya bermain peran “dokter-perawat”. Namun orang tua tidak perlu terlalu khawatir mengenai hal ini karena ketertarikan anak pada seks dan permainan peran yang melibatkan pemahaman seks ini hanya merupakan sebagian hal yang ingin mereka pelajari dan eksplor. Permainan seperti ini tidak sama dengan yang terjadi pada orang dewasa. Anak hanya merasa “penasaran” , ingin tahu mengenai organ organ tubuhnya dan tentang perbedaan jenis kelamin.
Orang tua tidak perlu terlalu khawatir selama anak memainkan peran ini dengan anak yang sebaya dan selama mereka tidak dipaksa untuk melakukan hal-hal yang mereka tidak ingin lakukan, dan selama mereka tidak melakukan hal-hal yang biasanya tidak diketahui oleh anak seusianya. Sangat dianjurkan agar orang tua senantiasa berada di sekitar anak jika mereka bermain peran seperti ini sehingga anda dapat yakin bahwa anak-anak melakukan permainan yang “aman”.
Jika anda melihat anak anda melakukan “sex games”
Anak biasanya menikmati permainan ini seperti halnya menikmati permainan lainnya. Jika anak kedapatan sedang bermain “sex games” oleh orang tuanya, biasanya mereka jadi malu. Apalagi kalau orang tuanya juga tidak berkenan dan juga malu. Banyak hal yang dirasa membingungkan dan menakutkan bagi anak adalah disebabkan sikap atau reaksi orang tua terhadap mereka.
Jika anak bermain “sex game” dan anda tidak yakin bagaimana harus bersikap, tarik napas dalam dan berpikirlah sejenak. Hal ini dapat mencegah anda untuk melakukan hal-hal yang menambah takut mereka. Pikirkan baik-baik hal apa yang hendak anda sampaikan dan efeknya bagi anak.  Isi pesan dan bagaimana pesan disampaikan, tentu tergantung pada umur kematangan anak. Jelaskan pada mereka bahwa ingin tahu sesuatu tentang orang lain bisa jadi sesuatu yang baik tapi yang pasti organ-organ genitalia adalah termasuk sesuatu yang mutlak sangat pribadi bagi siapapun.
                                                                  


DAFTAR PUSTAKA

Potter & Perry, 2005, Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep,Proses,dan Praktik, Edisi 4, Jakarta: EGC
Ariyani Nur, 2012, Hubungan Karakteristik dan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Ibu Tentang Toilet Training Pada Anak Usia Toddler Di Desa Cepiring Kecamatan Cepiring. Skripsi : Stikes Kendal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar