BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Seksualitas pada anak
usia toddler sangat penting untuk diperhatikan dimana pada usia ini anak sudah
molai mencermati akan tubuhnya terutama jenis kelaminya dan dan mengetahui
perbedaan dengan lawan jenisnya. Dimana dalam masa perkembangan ini anak harus
mendapat arahan penjelasan yang cukup jelas, karena lingkungan sangat
mempengaruhi perkembangan seksualita pada anak usia ini.
B.
Rumusan Masalah
Didalam makalah ini Kami akan
membahas beberapa permasalahan. Yaitu:
1. Perkembangan
Kebutuhan Seksualitas Pada Anak Usia Toddler
2. Pengertian
Anak Usia Toddler
3. Perkembangan
pada Anak Toddler
4.
Faktor-faktor yang
Berpengaruh pada perilaku seksual anak
BAB
II
PEMBAHASAN
Perkembangan Kebutuhan Seksualitas Pada
Anak Usia Toddler
1.
Pengertian
Anak Usia Toddler
Anak usia Toddler adalah anak pada periode 12 – 36 bulan.
Masa ini merupakan masa eksplorasi lingkungan yang intensif karena anak
berusaha mencari tahu bagaimana semua terjadi.(Wong, 2009)
Masa toddler berada dalam rentang dari masa kanak-kanak
mulai berjalan sendiri sampai mereka berjalan dan berlari dengan mudah, yaitu
mendekati usia 12 sampai 36 bulan. (Potter & Perry : 2005)
Menurut Supardi (2004) anak usia toddler adalah masa
lucu-lucunya anak, tetapi sekaligus masa yang melelahkan bagi orang tua, banyak
hal yang harus diketahui oleh orang tua karena tingkah laku “Toddler” sangat
beragam seperti : agresif, menarik rambut, banyak kemauan, berbohong dan
lain-lain, yang bila kita salah menyikapinya maka akan berdampak tidak baik
bagi anak dalam perkembangan selanjutnya.
2.
Perkembangan
pada Anak Toddler
a.
Perkembangan
Motorik pada Anak Toddler
Dalam
perkembangan motorik kasar, anak sudah mampu melangkah dan berjalan dengan
tegak,pada sekitar umur18 bulan anak mampu menaiki tangga dengan cara tangan
dipegang dan pada akhir tahun kedua, sudah mampu berlari-lari kecil
(Hidayat,2009).
Perkembangan
motorik halus, anak mampu melempar bola dari tangan tanpa kehilangan
keseimbangan pada usia 18 bulan (Wong, 2009)
b.
Perkembangan
Psikososial pada Anak Toddler
Menurut
Erikson (1963 dalam potter & perry, 2009), usia 1-3 tahun tahap ini
mencapai pertumbuhan anak disempurnakan dengan aktifitas dasar perawatan diri
seperti perawatan diri seperti berjalan, makan dan aktifitas kamar mandi.
Anak
berusaha mencapai kemandirian dengan menggunakanototnya untuk melakukan semua
hal sendiri dan penguasa dari fungsi tubuhnya. Kemarahan dapat timbul jika
larangan orangtua dapat menyebabkan anak frustasi. Orangtua harus memberikan
kebebasan kepada anak agar mereka dapat melakukan berbagai hal yang tidak
membahayakan diri ataupun oranglain (Wong,2009)
c.
Perkembangan
Psikoseksual pada Anak Toddler
Pada
masa usia 1-3 tahun merupakan masa perkembangan pada tahap anal dengan kepuasan
pada fase ini adalah pada pengeluaran tinja, anak akan menunjukan sikap
narsistik yaitu cinta terhadap dirinya sendiri dan sangat egoistic, anak mulai
mempelajari struktur tubuhnya. Pada fase ini tugas yang dapat dilakukan anak
adalah latihan kebersihan. Masalah yang diperoeh pada tahap ini adalah
pandangan sempit, tidak rapi, dan kurang pengendalian diri (Hidayat,2009).
Anak
pada kelompok usia ini belajar mengenai perbendaharaan kaa yang berhubungan
dengan anatomi eliminasi dan reproduksi. Beberapa hubungan antara kata dan
fungsi menjadi bermakna dan dapat mempengaruhi perilaku seksual di masa depan
(Wong,2009).
Bayi
satu tahun sudah mulai memainkan genitalnya saat diganti celananya dan kadang
mereka juga memainkan fesesnya saat
dibersihkan. Hal ini wajar saja sebagai bagian dari rasa keingintahuan mereka.
Anak dibawah usia 3 tahun belum mengerti bahwa seluruh bagian tubuhnya
merupakan satu kesatuan dari badannya dan merupakan sesuatu yang permanen. Oleh
karena itu anak laki kadang jadi “cemas” penis nya hilang atau tidak ada saat
mereka melihat anak perempuan tidak memiliki genitalia yang sama, atau
sebaliknya.
Sebelum
usia 3 tahun, anak dapat menyampaikan jenis kelaminnya. Dan pada usia 6 tahun
atau 7 tahun mereka mengerti bahwa organ genital bukanlah sesuatu yang bisa
berubah lagi (laki berubah jadi perempuan, dan sebaliknya). Saat usia 4 tahun
mereka sangat tertarik dengan hal-hal yang berhubungan dengan kamar mandi dan
toilet.
Faktor-faktor
yang Berpengaruh pada perilaku seksual
anak
·
Orangtua
Apa yang orangtua pikirkan mengenai seksualitas
anak memberi pengaruh yang kuat bagaimana anda merespon prilaku seksual anak.
Apa yang orang tua atau leluhur anda katakan, lakukan, keyakinan agama yang
dianut, latar belakang kebudayaan dan perasaan anda, semuanya akan memberi
warna tentang bagaimana anda menyikapi perkembangan seksual putra putri anda.
Anda dapat menolong anak anda untuk merasa nyaman, sehat dan normal, atau
sebaliknya, yaitu merasa malu, bersalah dan buruk, semuanya tergantung
bagaimana cara anda merespons putra-putri anda.
·
Televisi,
radio dan majalah
Anak dipengaruhi oleh apa yang
mereka lihat, dengar dan baca. Mereka mungkin melihat atau mengetahui seks
melalui berbagai cara termasuk melalui media televisi, video, koran, papan
iklan dan majalah. Mereka belajar dari apa yang mereka baca dan lihat itu
mengenai apa artinya menjadi seorang laki-laki atau seorang perempuan, dan
bagaimana seorang laki-laki atau seorang perempuan berprilaku. Kadang mereka
melihat gambar kekerasan sesual atau gambar aktivitas seksual yang mana mereka
belum cukup dewasa untuk mengerti artinya dan hal ini membuat mereka cemas.
·
Bagaimana
orang tua memperlakukan orang lain
Anak belajar dari orang tuanya –
guru pertama mereka ! Mereka melihat bagaimana orang tua memperlakukan orang
lain, bagaimana anda memberi perhatian, menghargai orang lain atau sebaliknya.
Beberapa anak mempunyai pengalaman melihat orang tuanya mentertawakan atau
mempermalukan orang lain karena perbedaan jenis kelaminnya. Hal ini memberi
pengaruh buruk bagi anak karena dia mungkin merasa tidak nyaman dengan status
seksualnya sebagai laki atau perempuan, dan mengajarkan mereka untuk takut atau
tidak menghargai orang yang berjenis kelamin berbeda dengannya.
·
Sekolah
Sebaiknya sekolah dan tempat-tempat
terapi anak tidak hanya mengajarkan mereka anggota tubuh, nama dan
kegunaannya tapi juga mengajarkan anak bagaimana menyikapi prilaku orang lain
terhadap anggota tubuh mereka (termasuk organ seksual) yang tidak aman dan
tidak senonoh bagi mereka, serta cara mengatasinya.
Hal - hal yang dapat dilakukan oleh orang tua
Dari sejak usia dini anak
sudah besar rasa ingin tahunya dari mana mereka datang atau dilahirkan. Anda
dapat jelaskan secara sederhana dan seringkali hal tersebut sudah dapat
memuaskan rasa ingin tahunya. Jelaskan bahwa mereka terbentuk dari pertemuan
sel telur ibu dan sel sperma ayah dan bentuk pertemuan ini makin hari tumbuh
makin besar di tempat yang istimewa dalam perut ibunya sampai tiba saatnya
nanti dilahirkan menjadi bentuk yang sempurna seperti dia.
Dengan bertambahnya usia mereka,
anak dapat diberi penjelasan yang lebih rinci, misalnya dari mana asalnya sel
sperma dan sel telur. Misalnya, karena ayah dan ibu demikian saling menyayangi,
mereka sering saling bersama, sehingga sperma yang terpilih dari ayah bisa
masuk menemui sel telur terpilih juga dari ibu, sehingga menghasilkan anak yang
istimewa seperti dia. Sebagian anak ingin mendengarkan penjelasan ini
berulang-ulang. Buku dengan banyak gambar yang ilustratif dapat menolong mereka
mengerti apa yang disampaikan oleh orang tua. Jawablah pertanyaan mereka dengan
jujur dan sewajarnya sehingga mereka merasa bahwa mereka dapat berdiskusi
dengan orang tuanya jika mereka ingin tahu lebih banyak tentang sesuatu hal.
Bahkan jika orang tua memberi istilah tertentu pada genitalianya misalnya
“titot” untuk genitalia laki-laki, anak harus tahu terminology yang
sesungguhnya sebelum anak usia sekolah. Perlihatkan buku-buku bergambar tentang
anggota tubuh dan cara kerjanya masing-masing.
Jika orang tua kesulitan
memperkenalkan terminology original untuk organ-organ seksual, maka perkenalkan
istilah tersebut sejak anak usia sangat dini sehingga orang tua tidak jadi
“malu” menyebutkannya. Jangan lupa ajarkan anak untuk menghargai individu dari
kedua jenis kelamin..
Kebanyakan orang tua menginginkan anaknya memiliki
prilaku yang sehat mengenai seks. Cara orang tua bersikap atau beraksi terhadap
pembicaraan mengenai seks akan mempengaruhi bagaimana anak berpikir, bersikap
tentang masalah tersebut dan tentang diri mereka sendiri.
“SEXUAL GAMES”
Masa kanak-kanak merupakan
masa belajar dan eksplorasi. Anak mengeksplorasi tubuhnya selama masa ini,
termasuk mengeksplor organ genitalianya. Mereka belajar dengan cara
melihat, memegang organ-organ tersebut saat bermain dengan temannya misalnya bermain
peran “dokter-perawat”. Namun orang tua tidak perlu terlalu khawatir mengenai
hal ini karena ketertarikan anak pada seks dan permainan peran yang melibatkan
pemahaman seks ini hanya merupakan sebagian hal yang ingin mereka pelajari dan
eksplor. Permainan seperti ini tidak sama dengan yang terjadi pada orang
dewasa. Anak hanya merasa “penasaran” , ingin tahu mengenai organ organ
tubuhnya dan tentang perbedaan jenis kelamin.
Orang tua tidak perlu terlalu khawatir selama anak
memainkan peran ini dengan anak yang sebaya dan selama mereka tidak dipaksa
untuk melakukan hal-hal yang mereka tidak ingin lakukan, dan selama mereka
tidak melakukan hal-hal yang biasanya tidak diketahui oleh anak seusianya. Sangat dianjurkan agar orang tua
senantiasa berada di sekitar anak jika mereka bermain peran seperti ini
sehingga anda dapat yakin bahwa anak-anak melakukan permainan yang “aman”.
Jika anda melihat anak anda melakukan “sex games”
Anak biasanya menikmati
permainan ini seperti halnya menikmati permainan lainnya. Jika anak kedapatan
sedang bermain “sex games” oleh orang tuanya, biasanya mereka jadi malu.
Apalagi kalau orang tuanya juga tidak berkenan dan juga malu. Banyak hal yang
dirasa membingungkan dan menakutkan bagi anak adalah disebabkan sikap atau
reaksi orang tua terhadap mereka.
Jika anak bermain “sex
game” dan anda tidak yakin bagaimana harus bersikap, tarik napas dalam dan
berpikirlah sejenak. Hal ini dapat mencegah anda untuk melakukan hal-hal yang
menambah takut mereka. Pikirkan baik-baik hal apa yang hendak anda sampaikan
dan efeknya bagi anak. Isi pesan dan bagaimana pesan disampaikan, tentu
tergantung pada umur kematangan anak. Jelaskan pada mereka bahwa ingin tahu
sesuatu tentang orang lain bisa jadi sesuatu yang baik tapi yang pasti
organ-organ genitalia adalah termasuk sesuatu yang mutlak sangat pribadi bagi
siapapun.
DAFTAR PUSTAKA
Potter
& Perry, 2005, Buku Ajar Fundamental
Keperawatan Konsep,Proses,dan Praktik, Edisi 4, Jakarta: EGC
Ariyani
Nur, 2012, Hubungan Karakteristik dan
Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Ibu Tentang Toilet Training Pada Anak Usia
Toddler Di Desa Cepiring Kecamatan Cepiring. Skripsi : Stikes Kendal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar